MANUSIA DAN PENDERITAAN
Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa
sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya
menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan
dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin.
Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan
bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan. Namun peranan
individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu
pristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan
penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan
energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal
untuk mencpai kenikmatan dan kebahagiaan.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya macam
kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia. Bagaimana
manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya ? penderitaan fisik yagn
dialami manusia tentulah diatasi dengan cara medis untuk mengurangi atau
menyembuhkannya, sedangkan penderitan psikis, penyembuhannya terletak
paa kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikik yang
dihadapinya.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas
penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang
ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya
Intensitas penderitaan. Suatu perristiwa yang dianggap penderitaan oleh
seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula
suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau
sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah
besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat.
Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain,
apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.
Mengenai penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang
gamblang dapat dapat dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat
eksistensialisme. Misalnya Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf
Denmark, sebelum menjadi seorang filsuf besar, masa kecilnya penuh
penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena
ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan
badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota
keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut.
Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren
Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan
akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul
sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri
(kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena
derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan”
dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari
melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf
eksistensial yang besar.
Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai
sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia
masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan
merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.
Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948).
Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga
akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami
ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris,
Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi
cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia
belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar.
Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak
selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan
energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.
Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam,
yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua
bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya
wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa
Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin
yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus
Tokoh Besar Dunia).
Penderitaan dan Kenikmatan
Tujuan manusia yang paling populer adalah kenikmatan, sedangkan
penderitaan adalah sesuatu yang selalu dihindari oleh manusia. Oleh
karena itu, penderitaan harus dibedakan dengan kenikmatan, dan
penderitaan itu sendiri sifatnya ada yang lama dan ada yang sementara.
Hal ini berhubungan dengan penyebabnya. Macam-macam penderitaan menurut
penyebabnya, antara lain: penderitaan karena alasan fisik, seperti
bencana alam, penyakit dan kematian; penderitaan karena alasan moral,
seperti kekecewaan dalam hidup, matinya seorang sahabat, kebencian orang
lain, dan seterusnya.Semua ini menyangkut kehidupan duniawi dan tidak
mungkin disingkirkan dari dunia dan dari kehidupan manusia.
Penderitaan dan kenikmatan muncul karena alasan “saya suka itu” atau
“sesuatu itu menyakitkan”. Kenikmatan dirasakan apabila yang dirasakan
sudah didapat, dan penderitaan dirasakan apabila sesuatu yang
menyakitkan menimpa dirinya. Aliran yang ingin secara mutlak menghindari
penderitaan adalah hedonisme, yaitu suatu pandangan bahwa kenikmatan
itu merupakan tujuan satu-satunya dari kegiatan manusia, dan kunci
menuju hidup baik. Penafsiran hedonisme ada dua macam, yaitu:
1. Hedonisme psikologis yang berpandangan bahwa semua tindakan diarahkan untuk mencapai kenikmatan dan menghindari penderitaan.
2. Hedonisme etis yang berpandangan bahwa semua tindakan ‘harus’ ditujukan kepada kenikmatan dan menghindari penderitaan.
Kritik terhadap hedonisme ialah bahwa tidak semua tindakan manusia
hedonistis, bahkan banyak orang yang tampaknya merasa bersalah atas
kenikmatan-kenikmatan mereka. Dan hal ini menyebabkan mereka mengalami
penderitaan. Pandangan Hedonis psikologis ialah bahwa semua manusia
dimotivasi oleh pengejaran kenikmatan dan penghindaran penderitaan.
Mengejar kenikmatan sebenarnya tidak jelas, sebab ada kalanya orang
menderita dalam rangka latihan-latihan atau menyertai apa yang ingin
dicapai atau dikejarnya. Kritik Aristoteles ialah bahwa puncak etika
bukan pada kenikmatan, melainkan pada kebahagiaan. Lebih lanjut ia
mengatakan bahwa kenikmatan bukan tujuan akhir, melainkan hanya
“pelengkap” tindakan. Berbeda dengan John Stuart Mill yang membela
Hedonisme melalui jalan terhormat, utilitarisme yaitu membela kenikmatan
sebagai kebaikan tertinggi. Suatu tindakan itu baik sejauh ia lebih
“berguna” dalam pengertian ini, yaitu sejauh tindakan memaksimalkan
kenikmatan dan meninimalkan penderitaan.
Penderitaan dan Kasihan
Kembali kepada masalah penderitaan, muncul Nietzsche yang memberontak
terhadap pernyataan yang berbunyi: “Dalam menghadapi penderitaan itu,
manusia merasa kasihan”. Menurut Nietzche, pernyataan ini tidak benar,
penderiutaan itu adalah suatu kekurangan vitalitas. Selanjutnya ia
berkata, “sesuatu yang vital dan kuat tidak menderita, oleh karenanya ia
dapat hidup terus dan ikut mengembangkan kehidupan semesta alam. Orang
kasihan adalah yang hilang vitaliatasnya, rapuh, busuk dan runtuh.
Kasihan itu merugikan perkembangan hidup”. Sehingga dikatakannya bahwa
kasihan adalah pengultusan penderitaan. Pernyataan Nietzsche ini ada
kaitannya dengan latar belakang kehidupannya yang penuh penderitaan. Ia
mencoba memberontak terhadap penderitaan sebagai realitas dunia, ia
tidak menerima kenyataan. Seolah-olah ia berkata, penderitaan jangan
masuk ke dalam hidup dunia. Oleh karena itu, kasihan yang tertuju kepada
manusia harus ditolak, katanya.
Pandangan Nietzsche tidak dapat disetujui karena: pertama, di mana
letak humanisnya dan aliran existensialisme. Kedua, bahwa penderitaan
itu ada dalam hidup manusia dan dapat diatasi dengan sikap kasihan.
Ketiga, tidak mungkin orang yang membantu penderita, menyingkir dan
senang bila melihat orang yang menderita. Bila demikian, maka itu yang
disebut sikap sadisme. Sikap yang wajar adalah menaruh kasihan terhadap
sesama manusia dengan menolak penderitaan, yakni dengan berusaha sekuat
tenaga untuk meringankan penderitaan, dan bila mungkin menghilangkannya
.
Penderitaan dan Noda Dosa pada Hati Manusia.
Penderitaan juga dapat timbul akibat noda dosa pada hati manusia
(Al-Ghazali, abad ke 11). Menurut Al-Ghazali dalam kitabnya Ihyaa’
Ulumudin, orang yang suka iri hati, hasad, dengki akan menderita hukuman
lahir-batin, akan merasa tidak puas dan tidak kenal berterima kasih.
Padahal dunia tidak berkekurangan untuk orang-orang di segala zaman.
Allah SWT telah memberi ilmu dan kekayaan atau kekuasaan-Nya, karena itu
penderitaan-penderitaan lahir ataupun batin akan selalu menimpa
orang-orang yang mempunyai sifat iri hati, hasad, dengki selama hidupnya
sampai akhir kelak.
Untuk mengobati hati yang menderita ini, sebelumnya perlu diketahui
tanda- tanda hati yang sedang gelisah (hati yang sakit). Perlu diketahui
bahwa setiap anggota badan diciptakan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Apabila hati sakit maka ia tidak dapat melakukan pekerjaan dengan
sempurna ia kacau dan gelisah. Ciri hati yang tidak dapat melakukan
pekerjaan ialah apabila ia tidak dapat berilmu, berhikmah, bermakrifat,
mencintai Allah dengan menyembah-Nya, merasa erat dan nikmat
mengingat-Nya.
Sehubungan dengan pernyataan ciri-ciri yang menderita, Allah berfirman:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia selain hanya untuk menyembah kepada-Ku”. (QS. 51: 56)
“Barangsiapa merasa mengerti sesuatu, tetapi tidak mengenal Allah,
sesungguhnya orang tersebut tidak mengerti apa-apa. Barangsiapa
mempunyai sesuatu yang dicintainya lebih daripada mencintai Allah, maka
sesungguhnya hatinya sakit. “katakanlah, hai Muhammad, apabila orang
tuamu, anakmu, saudaramu, istrimu, handai tolanmu, harta bendamu yang
engkau tumpuk dalam simpanan serta barang dagangan yang yang engkau
khawatirkan ruginya dan rumah tempat tinggal yang kamu senangi itu lebih
kamu cinta daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjuang di jalan Allah,
maka tunggulah sampai perintah Allah datang”. (QS. 9: 24).
Hal lain yang menimbulkan derita terhadap seseorang adalah merasakan
suatu keinginan atau dorongan yang tidak dapat diterima atau menimbulkan
keresahan, gelisah, atau derita. Maka ia pun berusaha menjauhkan diri
dari lingkup kesadaran atau perasaannya. Akhirnya, keinginan atau
dorongan itu tertahan dalam alam bawah sadar. Namun, sering orang itu
mengekspresikan keinginan atau dorongan itu secara tidak sadar atau
dengan ucapan yang keliru. Atau, apakah orang-orang yang ada penyakit
dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian
mereka?
“Dan kalau Kami mengkhendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu,
sehingga kamu dapat benar-benar mengenal mereka dengan tanda-tandanya,
tetapi kamu mengenal mereka dari bicara mereka, dan Allah mengetahui
perbuatan-perbuatan kamu”. (QS. 47: 29-30).
Demikianlah Al-Quran telah mengisyaratkan tentang adanya ciri-ciri
orang yang tidak sadar (menderita) lewat kata-kata yang keliru, sejak 14
abat yang lalu sebelum dikemukakan oleh Freud, penemu teori
psikoanalisis. Bahkan sebuah hadist mengatakan:
“Tak seorang pun yang menyembunyikan suatu rahasia kecuali jika Allah
akan memberinya penutup. Apabila penutup itu baik, maka rahasia itu
baik, dan apabila penutup itu buruk maka buruk pula rahasia itu”.
(Tafsir Ibn Katsir, Vol. 4 hal. 180).
Obat supaya hati sehat di firmankan Allah sebagai berikut:
“Kecuali orang yang datang ke hadirat Allah SWT dengan hati yang suci”. (QS. 26: 89 ).
Jadi, mengenal atau makrifat kepada Allah yang membawa semangat taat
kepada Allah SWT dengan cara menentang hawa nafsu, merupakan obat untuk
menyembuhkan penyakit dalam hati (menderita gelisah) (Al-Ghazali, abad
ke-11).
Siksaan
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasman, dan dapat
juga berupa siksaan jiwa atau rokhani. Akiabt siksaan yang dialami
seseorang, timbullah penderitaan. Siksaan yagn sifatnya psikis bisa
berupa : kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan yang
berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia.banyak sebab
yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain : claustrophobia
dan agoraphobia, gamang, ketakutan, keakitan, kegagalan. Para ahli ilmu
jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu
problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan
ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang
merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah problemnya dan
tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan
pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan
disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus
menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.
Kekalutan Mental
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental.
Secara lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat
ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi
sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar. Gejala
permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
1. nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
2. nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
1. gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita bais jasmana maupun rokhani
2. usaha mempertahankan diri dengan cara negative
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalam gangguan
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
1. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna
2. terjadinya konflik sosial budaya
3. cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial
Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah
positif dan negative. Posotf; trauma jiwa yang dialami dijawab dengan
baik sebgai usaha agar tetap survey dalam hidup, misalnya melakukan
sholat tahajut, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah
kejatuhan dalam hidupnya. Negatif; trauma yang dialami diperlarutkan
sehingga yang bersangkutan mengalami fustasi, yaitu tekanan batin
akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk fustasi antara lain
:
1. agresi berupa kamarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak
terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hypertensi atau
tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya
2. regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitive atau kekanak-kanakan
3. fiksasi; adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu
4. proyeksi; merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negative kepada orang lain
5. Identifikasi; adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya
6. narsisme; adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari paa orang lain
7. autisme; ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau
berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yagn
dapat menjurus ke sifat yang sinting.
Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1. kota – kota besar
2. anak-anak muda usia
3. wanita
4. orang yang tidak beragama
5. orang yang terlalu mengejar materi
Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab
timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai
berikut :
1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh
bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa
sikap positif ataupun sikap negative. Sikap negative misalnya penyesalan
karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, atau ingin bunuh diri.
Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, mislanya anti
kawain atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup, dan sebagainya.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan, bahwa hidup
bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari
penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.
SIkap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin
timbul sikap keras atau sikap anti. Misalnya sifat anti kawin paksa, ia
berjuang menentang kawin paksa, dan lain-lain.
Rabu, 23 November 2011
Manusia dan Keindahan
Manusia dan Keindahan
Keindahan
berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan
sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni,
(meskipun tidak semua hasil seni indahl, pemandangari alam (pantai,
pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata,
bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, ta13nan, perabot
rumah tangga dan sebagainya), suara, warna dan sebagainya. Keindahan
adalah identik dengan kebenaran.
Menurut
The Liang Gie dalam bukunya “G,a-ris Besar Estetik” (Filsafat
Keindahan) dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata
“beautiful”, Perancis “beau”, Italia dan Spanyol “bello”, kata-kata itu
berasal dari- bahasa Latin “bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang
berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi’
”bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis “bellum”.
Selain itu menurut luasnya dibedakan pengertian:
1. Keindahan dalam arti luas.
Selanjutnya
The Liang Gie menjelaskan.bahwa keindahan dalam arti luas mengandung
pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato menyebut watak yang indah dan
hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai
sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.
. Jadi pengertian yang seluas-Iuasnya meliputi :
· keindahan seni
· keindahan alam
· keindahan moral
· keindahan intelektual.
2. Keindahan dalam arti estetik murni.
Keindahan
dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seorang dalam
hubungannya dellgan se:gala sesuatu yang diserapnya.
3. Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Keindahan
dalam arti yang terbatas, me~punyai arti yang lebih disempitkan
sehingga hanya menyangkut bendabenda yang dapat -diserap dengan
penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna. keindahan tersusun
dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis, warna, bentuk,
nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah
suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di
antara benda itu dengan si pengarnat.
b. Nilai estetik
Dalam
rangka teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa,
pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti
halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya.
Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam
pengertian keindahan disebut nilai estetik. Dalam ”Dictionary of
Sociology and Related Science” diberikan rumusan tentang nilai sebagai
berikut :
‘”The
believed Capacity of any object to saticgy a human desire. The Quality
of any object which causes it be of interest to an individual or a
group” (Kemampuan yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat
memuaskan keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menarik minat
seseorang atau suatu kelompok).
Hal
itu berarti, bahwa nilai adalah semata-mata adalah realita psikologi
yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam
jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu (oleh
orang) dianggap terdapat pada suatu benda sampai terbukti letak
kebenarannya.
Nilai itu ada yang membedakan antara nilai sub yektif dan obyektif,Tetapi penggolongan yang penting ialah:
- Nilai ekstrinsik
Nilai
ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana
untuk sesuatu hal lainnya (“instrumental! Contributory value”), yakni
nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu contohnya puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik
- Nilai intrinsik
Nilai
intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai
suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Contohnya :
pesan puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda)
puisi itu disebut nilai intrinsik .
B. Pengelompokan-pengelompokan pengerian keindahan
dilihat dari beberapa persepsi tentang keindahan berikut ini :
1. Keindahan adalah sesuatu yang rnendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat (Tolstoy);
2.
Keindahan adalah keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur dari
bagian-bagian yang saling berhubungan satu sarna lain, atau dengan
keseluruhan itu sendiri. Atau, beauty is an order of parts in their
manual relations and in their relation to the whole (Baumgarten).
3.
Yang indah hanyalah yang baik. Jika belum baik ciptaan itu belurn
indah. Keindahan harus dapat memupuk perasaan moral. Jadi
ciptaan-ciptaan yang amoral tidak bisa dikatakan indah, karena tidak
dapat digunakan untuk memupuk moral (Sulzer).
4. Keindahan dapat terlepas sarna sekali dari kebaikan (Winehelmann).
5.
Yang indah adalah yang rnemiliki proporsi yang harmonis. Karena
proporsi yang harrnonis itu nyata, maka keindahan itu dapat disamakan
dengan kebaikan. Jadi, yang indah adalah nyata dan yang nyata adalah
yang baik (Shaftesbury). .
6. Keindahan adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang (Hume).
7.
Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang, dan itu
adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan
pengalaman yang menyenangkan (Hemsterhuis).
Dengan
melihat demikian beragamanya pengertian keindahan, dan kita harus
percaya bahwa yang di atas itu hanyalah sebagian kecil, boleh jadi akan
rnengeeewakan kita yang menuntut adanya satu pengertian yang tunggal
tapi yang memuaskan. Namun demikian, dari berbagai pengertian yang ada,
sebenarnya, kita bisa menempatkannya dalam kelompok-kelompok pengertian
tersendiri, Pengelompokan-pengelompokan yang bisa kita buat adalah
sebagai berikut :
1. Pengelompokan pengertian keindahan berdasar pada titik pijak atau landasannya.
Dalam
hal ini ada dua pengertian keindahan, yaitu yang bertumpu pada obyek
dan subyek, Yang pertama, yaitu keindahan yang obyektif, adalah
keindahan yang memang ada pada obyeknya sementara kita sebagaimana
mestinya. Sedang yang kedua; yang disebut keindahan subyektif; adalah
keindahan yang biasanya ditinjau dari segi subyek yang melihat dan
menghayatinya. Di sini keindahan diartikan sebagai segala sesuatu yang
dapat menimbulkan rasa senang pada diri si penikmat dan penghayat
(subyek) tanpa dicampuri keinginan-keinginan yang bersifat praktis, atau
kebutuhan·kebutuhan pribadi si penghayat.
2. Pengelompokan pengertian keindahan dengan berdasar pada cakupannya.
Bertitik
tolak dari landasan ini kita bisa membedakan antara keindahan sebagai
kualitas abstrak dan keindalan sebagai sebuah bcnda tertentu yang memang
indah. Perbedaan semacam ini lebih tampak, misalnya dalam penggunaan
bahasa Inggris yang mengenalnya istilah beauty untuk keindahan yang
pertama, dan istilah The Beautiful untuk pengertian yang kedua, yaitu
benda atau hal·hal tertentu yang memang indah.
3. Pengelompokan pengertian keindahan berdasar luas-sempitnya.
Dalam
pengelompokan ini kita bisa membedakan antara pengertian keindahan
dalam arti luas, dalam arti estetik murni, dan dalam arti yang terbatas.
Keindahan dalam arti luas, menurut The Liang Gie, mengandung gagasan
tentang kebaikan. Untuk ini bisa dilihat misalnya dari pemikiran Plato,
yang menyebut adanya watak yang indah dan hukum yang indah: Aristoteles
yang melihat keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan
Dari
apa yang dikemukakan di atas, ada hal bisa kita petik, yaitu: Pertama,
keindahan menyangkut persoalan filsafati, sehingga jawaban terhadap apa
itu keindahan sudah barang tentu bisa bermacam-macam. Kedua, keindahan
sebagai pengertian mempunyai makna yang relatif, yaitu sangat tergantung
kepada subyeknya.
Pengertian
keindahan tidak hanya terbatas pada kenikmatan penglihatan semata-mata,
tetapi sekaligus kenikmatan spiritual. Itulah sebabnya Al-Ghazali
memasukkan nilai-nilai spiritual, moral dan agama sebagai unsur-unsur
keindahan, di samping sudah . barang. tentu unsur-unsur yang lain.
C. Alasan Manusia Mencipta Keindahan
Keindahan
itu pada dasamya adalah alamiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Ini berarti
bahwa keindahan itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu artinya wajar, tidak
herlebihan tidak pula kurang. Kalau pelukis wanita lebih cantik dari
keadaan yang sebenarnya, justru tidak indah. Karena akan ada ucapan
“lebih cantik dari warna aslinya”. Bila ada pemain drama yang
berlebihlebihan, misalnya marah dengan meluap-Iuap padahal kesalahan
kecil, atau karena kehilangan sesuatu yang tak berharga kemudian
menangis meraung-raung, itu berarti tidak alamiah.
Maka
keindahan berasal dari kata indah berarti bagus, permai, cantik, molek
dan sebagainya. Benda yang mengandung keindahan ialah segala hasil seni
dan alam semesta ciptaan Tuhan. Sangat luas kawasan keindahan bagi
manusia. Karena itu kapan, di mana, dan siapa saja dapat menikmati
keindahan.
D. Hubungan manusia dan keindahan
manusia
memiliki lima komponen yang secara otomatis dimiliki ketika manusia
tesebut dilahirkan. Ke-lima komponen tersebut adalah nafsu, akal, hati,
ruh, dan sirri (rahasia ilahi). Dengan modal yang telah diberikan kepada
manusia itulah (nafsu, akal dan hati) akhirnya manusia tidak dapat
dipisahkan dengan sesuatu yang disebut dengan keindahan. Dengan akal,
manusia memiliki keinginan-keinginan yang menyenangkan (walaupun hanya
untuk dirinya sendiri) dalam ruang renungnya, dengn akal pikiran manusia
melakukan kontemplasi komprehensif guna mencari niolai-nilai, makna,
manfaat, dan tujuan
dari suatu penciptaan yang endingnya pada kepuasan, dimana kepuasan ini juga merupakan salah satu indikator dari keindahan.
Akal
dan budi merupakan kekayaan manusia tidak dirniliki oleh makhluk lain.
Oleh akal dan budi manusia memiliki kehendak atau keinginan pada manusia
ini tentu saja berbeda dengan “kehendak atau keinginan” pada hewan
karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda. Kehendak atau keinginan
pada manusia bersumber dari akal dan budi, sedangkan kehendak atau
keinginan pada hewan bersumber dari naluri.
Sesuai
dengan sifat kehidupan yang menjasmani dan merohani, maka kehendak atau
keinginan manusia itu pun bersifat demikian. Jumlahnya tak terbatas.
Tetapi jika dilihat dari tujuannya, satu hal sudah pasti yakni
untukmenciptakan kehidupan yang menyenangkan, yang memuaskan hatinya.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa “yang mampu menyenangkan atau memuaskan
hati setiap manusia itu tidak lain hanyalah sesuatu yang “baik”, yang
“indah”. Maka “keindahan pada hakikatnya merupakan dambaan setiap
manusia; karena dengan keindahan tu itu manusia merasa nyaman hidupnya.
Melalui suasana . keindahan itu perasaan “(ke) manusia (annya)” tidak
terganggu.
Dengan
adanya keinginan-keinginan tersebut, manusia menggunakan nafsunya untuk
mendorong hasrat atau keinginan yang dipikirkan atau direnungkan oleh
sang akal tadi agar bisa terrealisasikan. Ditambah lagi dengan anugrah
yang diberikan-Nya kepada kita (manusia) yakni berupa hati, dimana
dengan hati ini manusia dapat merasakan adanya keindahan, oleh karena
itu manusia memiliki sensibilitas esthetis.
Selain
itu manusia memang secara hakikat membutuhkan keindahan guna
kesempurnaan pribadinya. Tanpa estetika manusia tidak akan sempurna,
Karena salah satu unsur dari kehidupan adalah estetika. Sedang manusia
adalah mahluk hidup, jadi dia sangat memerlukan estetika ini.
Sabtu, 29 Oktober 2011
MANUSIA DAN CINTA KASIH
Ekspresi cinta dapat termasuk cinta kepada ‘jiwa’ atau pikiran, cinta
hukum dan organisasi, cinta badan, cinta alam, cinta makanan, cinta
uang, cinta belajar, cinta kuasa, cinta keterkenalan, dll. Cinta kasih
yang sudah ada perlu selalu dijaga agar dapat dipertahankan
keindahannya. Dalam konteks itulah makalah ini kami susun yang terdiri
dari dua pembhasan utama yaitu cinta antar relasi manusia dan cinta
kasiah menurut agama-agama dan tak lupa sebelumnya penyusun pada awal
pembahasan memulaidengan makna dan hakikat cinta kasih itu sendiri
Selanjutnya penyusun ingin menyampaikan permohonan maaf karena pada pembahasan yang kedua yaitu bagaimana hakikat cinta kasih dalam pandangan agama atau bagaimana ajaran-ajaran agama perihal cinta kasih hanya mengangkat dan membahas cinta kasih dari sudut pandang agama Islam saja penulis belum mampu untuk menghadirkan (sekaligus membndingkan) bahasan cinta kasih dari ajaran-ajaran agama , aliran, kepercayaan yang lain yang mana hal ini lebih dikarenakan sempitnya waktu untuk mengkaji bagaimana pandangan agama-agama tentang cinta kasih sementara tuntutan untuk menyelasaikan maklah ini semakin mendesak.
Demikian, penyusun haturkan beribu rasa terima kasih terkhusus buat ibu El-Badriyah M.Ag yang dengan sabar membimbing kami dan teruntuk teman-teman semua salam semoga tuhan selalu menyertai kita
Selanjutnya penyusun ingin menyampaikan permohonan maaf karena pada pembahasan yang kedua yaitu bagaimana hakikat cinta kasih dalam pandangan agama atau bagaimana ajaran-ajaran agama perihal cinta kasih hanya mengangkat dan membahas cinta kasih dari sudut pandang agama Islam saja penulis belum mampu untuk menghadirkan (sekaligus membndingkan) bahasan cinta kasih dari ajaran-ajaran agama , aliran, kepercayaan yang lain yang mana hal ini lebih dikarenakan sempitnya waktu untuk mengkaji bagaimana pandangan agama-agama tentang cinta kasih sementara tuntutan untuk menyelasaikan maklah ini semakin mendesak.
Demikian, penyusun haturkan beribu rasa terima kasih terkhusus buat ibu El-Badriyah M.Ag yang dengan sabar membimbing kami dan teruntuk teman-teman semua salam semoga tuhan selalu menyertai kita
Mataram, 30 September 2007
Penyusun
Penyusun
Mendefinisikan Cinta; Makna dan Hakikatnya
“Cinta lebih berarah ke konsep abstrak,
lebih mudah dialami daripada dijelaskan”.
(Ibnul Qoyyim )
lebih mudah dialami daripada dijelaskan”.
(Ibnul Qoyyim )
”Cinta” sebuah nama yang sering dibicarakan orang, dari yang muda
sampai yang tua. Banyak manusia mengatas namakan cinta untuk setiap
prilakunya. Tapi apakah mereka mengerti apa makna di balik sebuah kata
”cinta”.
”Cinta” memang sebuah nama yang sangat simple dan mudah untuk diucapkan. Tapi tahu kah apa arti dari cinta tersebut. Sebuah fenomena yang luar biasa. Membuat yang sedih menjadi ceria, jahat menjadi baek, peperangan menjadi perdamaian, kebencian menjadi persaudaraan, pahit menjadi manis, luka menjadi sembuh, sakit menjadi sehat. Semua itu atas namacinta. Dan ketika kata ”Cinta disalah gunakan maka kejadiannya juga bakal sebaliknya.
Cinta juga bisa berasal dari obsesi untuk mendapatkan sesuatu. Tapi itu bukan cinta, ia hanyalah alat untuk mendapatkan objek itu. Kata ”Cinta” mempunyai makna yang universal. Setiap insan mempunyai tanggapan sendiri tentang arti cinta. Dan setiap insan juga punya cara sendiri untuk mencintai.
Apa arti cinta itu sebenarnya? Cinta adalah sebuah ungkapan rasa sayang dan simpati kita kepada seseorang. Kata cinta juga diberikan dari kita kepada Sang Pencipta, sebagai tanda kalau kita amat membutuhkan dan menyanjungnya. Rasa cinta yang kita berikan menunjukkan bahwasanya kita sangat menyukainya dan ingin bersamanya. Kecemburuan sering terjadi jika seseorang yang kita cintai bersama oranglain. Itulah cinta, satu nama seribu makna
Cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapunyang diinginkan objek tersebut.
”Cinta” memang sebuah nama yang sangat simple dan mudah untuk diucapkan. Tapi tahu kah apa arti dari cinta tersebut. Sebuah fenomena yang luar biasa. Membuat yang sedih menjadi ceria, jahat menjadi baek, peperangan menjadi perdamaian, kebencian menjadi persaudaraan, pahit menjadi manis, luka menjadi sembuh, sakit menjadi sehat. Semua itu atas namacinta. Dan ketika kata ”Cinta disalah gunakan maka kejadiannya juga bakal sebaliknya.
Cinta juga bisa berasal dari obsesi untuk mendapatkan sesuatu. Tapi itu bukan cinta, ia hanyalah alat untuk mendapatkan objek itu. Kata ”Cinta” mempunyai makna yang universal. Setiap insan mempunyai tanggapan sendiri tentang arti cinta. Dan setiap insan juga punya cara sendiri untuk mencintai.
Apa arti cinta itu sebenarnya? Cinta adalah sebuah ungkapan rasa sayang dan simpati kita kepada seseorang. Kata cinta juga diberikan dari kita kepada Sang Pencipta, sebagai tanda kalau kita amat membutuhkan dan menyanjungnya. Rasa cinta yang kita berikan menunjukkan bahwasanya kita sangat menyukainya dan ingin bersamanya. Kecemburuan sering terjadi jika seseorang yang kita cintai bersama oranglain. Itulah cinta, satu nama seribu makna
Cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapunyang diinginkan objek tersebut.
Cinta Kasih Kepada Sesama Manusia
“kita bisa hidup tanpa agama,
tapi kita tidak bisa bertahan lama tanpa cinta”
(Dalai Lama)
tapi kita tidak bisa bertahan lama tanpa cinta”
(Dalai Lama)
Cinta kepada sesama adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi
yang mendalam Menurut Erich Fromm, ada empat syarat untuk mewujudkan
cinta kasih, yaitu:
1. Knowledge (pengenalan)
2. Responsibilty (tanggung jawab)
3. Care (perhatian)
4. Respect (saling menghormati)
Cinta berada di seluruh semua kebudayaan manusia. Oleh karena perbedaan kebudayaan ini, maka pendefinisian dari cinta pun sulit ditetapkan..
skPara pakar telah mendefinisikan dan memilah-milah istilah ini yang pengertiannya sangat rumit. Antara lain mereka membedakan cinta terhadap sesama manusia dan yang terkait dengannya menkadi:
1. Cinta terhadap keluarga
2. Cinta terhadap teman-teman, atau philia
3. Cinta yang romantis atau juga disebut asmara
4. Cinta yang hanya merupakan hawa nafsu atau cinta eros
5. Cinta sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
6. Cinta dirinya sendiri, yang disebut narsisme
7. Cinta akan sebuah konsep tertentu
8. Cinta akan negaranya atau patriotisme
9. Cinta akan bangsa atau nasionalisme
Cinta antar pribadi manusia menunjuk kepada cinta antara manusia mempunyai beberapa undur yang sering ada dalam cinta antar pribadi tersebut yaitu
? Afeksi: menghargai orang lain
? Ikatan: memuaskan kebutuhan emosi dasar
? Altruisme: perhatian non-egois kepada orang lain
? Reciprocation: cinta yang saling menguntungkan
? Commitment: keinginan untuk mengabadikan cinta
? Keintiman emosional: berbagia emosi dan rasa
? Kinship: ikatan keluarga
? Passion: nafsu seksual
1. Knowledge (pengenalan)
2. Responsibilty (tanggung jawab)
3. Care (perhatian)
4. Respect (saling menghormati)
Cinta berada di seluruh semua kebudayaan manusia. Oleh karena perbedaan kebudayaan ini, maka pendefinisian dari cinta pun sulit ditetapkan..
skPara pakar telah mendefinisikan dan memilah-milah istilah ini yang pengertiannya sangat rumit. Antara lain mereka membedakan cinta terhadap sesama manusia dan yang terkait dengannya menkadi:
1. Cinta terhadap keluarga
2. Cinta terhadap teman-teman, atau philia
3. Cinta yang romantis atau juga disebut asmara
4. Cinta yang hanya merupakan hawa nafsu atau cinta eros
5. Cinta sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
6. Cinta dirinya sendiri, yang disebut narsisme
7. Cinta akan sebuah konsep tertentu
8. Cinta akan negaranya atau patriotisme
9. Cinta akan bangsa atau nasionalisme
Cinta antar pribadi manusia menunjuk kepada cinta antara manusia mempunyai beberapa undur yang sering ada dalam cinta antar pribadi tersebut yaitu
? Afeksi: menghargai orang lain
? Ikatan: memuaskan kebutuhan emosi dasar
? Altruisme: perhatian non-egois kepada orang lain
? Reciprocation: cinta yang saling menguntungkan
? Commitment: keinginan untuk mengabadikan cinta
? Keintiman emosional: berbagia emosi dan rasa
? Kinship: ikatan keluarga
? Passion: nafsu seksual
? Physical intimacy: berbagi kehidupan erat satu sama lain
? Self-interest: cinta yang mengharapkan imbalan pribadi
? Service: keinginan untuk membantu
? Service: keinginan untuk membantu
Energi seksual dapat menjadi unsur paling penting dalam menentukan
bentuk hubungan. Namun atraksi seksual sering menimbulkan sebuah ikatan
baru, keinginan seksual dianggap tidak baik atau tidak sepantasnya dalam
beberapa ikatan cinta. Dalam banyakagama dan sistem etik hal ini
dianggap salah bila memiliki keinginan seksual kepada keluarga dekat,
anak, atau diluar hubungan berkomitmen. Tetapi banyak cara untuk
mengungkapkan rasa kasih sayang tanpa seks. Afeksi, keintiman emosi dan
hobbyyang sama sangat biasa dalam berteman dan saudara di seluruh
manusia.
sumber :
www.forum.detik.com
www.anneahira.com
www.cintaromantis.com
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Antara
manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, Kehidupan manusia
selau ditandai oleh norma sebagai aturan sosial untuk mematok perilaku manusia
yang berkaitan dengan kebaikan bertingkah lak, tingkah laku rata-rata atau
tingkah laku yang diabstaksikan. Oleh karena itu dalam setiap kebudayaan
dikenal norma-norma yang ideal dan norma-norma yang kurang ideal atau norma
rata-rata. Norma ideal sangat penting untuk menjelaskan dan memahami tingkah
laku tertentu manusia, dan ide tentang norma-norma tersebut sangat mempengaruhi
sebagian besar perilaku sosial termasuk perlaku komunikasi manusia.
Hampir semua
tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah
saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya
sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara
belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses
internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi.
Selanjutnya
hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan
manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap
kebudayaan yaitu sebagai :
1.
penganut
kebudayaan
2.
pembawa
kebudayaan
3.
manipulator
kebudayaan
4.
pencipta
kebudayaan.
Pembentukan
kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan
dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa
yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara.
Hal yang
dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia
dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life,
yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
sumber : www.google.com
Senin, 15 Agustus 2011
Langganan:
Postingan (Atom)